Minggu, 02 Januari 2011

TIDAK MAU DI SURUH-SURUH

Ini adalah sebuah kisah unik, menarik, dan cocok untuk semua usia, karena kisah inilah yang akan mengantarkan ingatan kita semua, menuju memory-memory yang sempat hilang dari ingatan kita pada waktu masih muda, bahkan ketika kita masih belia. Kisah unik ini, menceritakan tentang seorang anak yang sedang mencari-cari jati dirinya, hanya dengan modal,”sebuah keberanian,”.
Seorang anak yang akrab dengan panggilan Adie ini, datang dari keadaan ekonomi menengah kebawah, kehidupannya semasa itu lebih banyak dipengaruhi oleh dua faktor lingkungan; pertama, lingkungan orang tua, sehingga membentuk sebuah karakter yang mendarah daging, sebagian hal itu terpaksa tidak disukainya. Kedua, oleh lingkungan pertemanan, diwaktu kecil Adie banyak menyibukkan dengan banyak permainan yang tidak ada unsur edukatifnya sama sekali.
Pembaca mungkin penasaran siapa sebenarnya Adie ini?, sampai-sampai segitunya diceritakan sebagai sebuah kisah yang unik, menarik, dan sangat cocok untuk semua usia. Pembaca tidak perlu khawatir, karena pembaca tidak akan rugi dengan bertanya seperti itu, justru sebuah keberuntungan besar saat ini telah berpihak pada pembaca karena telah membuat sebuah pertanyaan yang sangat brilian tersebut. Untuk menjawab pertanyaan pembaca yang sangat bagus, siapa sebenarnya Adie ini?, silahkan lanjutkan bacaan pembaca.
Sebenarnya aku sangat setuju dengan pembaca, siapa Adie ini?, tetapi akan menjadi bingung nantinya kalau aku tidak tahu sama sekali, siapa sebenarnya Adie ini?. Dan hal ini benar-benar membuatku bingung, karena memang pada dasarnya aku tidak tahu siapa sebenarnya Adie ini?. Oleh karena itu agar penulis dan pembaca tidak menemukan kebuntuan, kisah tentang seorang anak yang bernama Adie ini yang akan diceritakan sebagai seseorang yang unik, menarik, dan cocok untuk semua kalangan, sebenarnya adalah aku. Adie adalah aku. Dan aku adalah seorang penulis. Cerita ini adalah sebuah cerita masa laluku yang dibingkis seadanya dan disampaikan kepada pembaca juga apa adanya, aku yakin pembaca juga setuju bahwa kita semua tidak akan melihat bingkisannya, dan juga tidak akan melihat siapa yang menyampaikannya, melainkan kita semua setuju bahwa apa yang dilihat oleh kita adalah tidak lain kualitas atau muatannya daripada penyampaian tersebut.
Cerita ini dimulai dari sebuah peristiwa, saat itu aku menunggu kelulusan SDN Sumber Lesung Lao’, salah satu Sekolah Dasar didaerah tempatku tinggal. Kalau ditempuh dengan jalan kaki kira-kira bisa menghabiskan waktu sekitar 20 menit lamanya. Waktu itu, beberapa hari sebelum pengumuman kelulusanku, terjadi sebuah peristiwa yang sangat terngiang sekali ditelinga sampai bertahun-tahun lamanya, peristiwa itu tetap teringat seolah menggema ditelingaku dan tidak bisa dilupakan.
”Adie, belikan Ibu cabe dan tomat diwarung Bu Ria,” kata Ibuku dengan suara yang lantang sekali dari dapur.
Aku yang berada diruang tamu sambil dengan asyiknya menonton Televisi, diam aja tidak menggubris sama sekali. Dan memang aku sengaja tidak ingin membeli Cabe dan Tomat tersebut, karena aku lagi sedang asyik-asyikya menonton. Namun, selang beberapa lama, tiba-tiba Ibu datang ke ruang tamu dan bilang,”Adie cepet belikan Ibu Cabe dan Tomat....!nih, mau buat sambel buat makan bapakmu dan kamu juga,” setelah itu Ibu kembali ke dapur melanjutkan aktivitasnya sebagai juru masak yang handal dan kesukaan keluarga.

Sedangkan diriku, tetap aja asyik dengan tontonannya yang menggiurkan, karena memang hari ini adalah hari libur, so banyak acara-acara kartun yang bagus-bagus dan menarik. Satu patah kata pun aku tidak menjawab suruhan Ibu, aku lebih memilih meleburkan diri dalam keasyikanku sendiri, sampai akhirnya tiba waktunya pada panggilan yang ketiga, kata Ibu,”Adie cepet belikan Ibu cabe dan tomat, nanti Ibu bilangin ke bapakmu kalau masih tidak mau!,” dengan suara yang lantang dan nada yang marah Ibu menyuruhku cepet-cepet membelikan cabe dan tomat. Entah kenapa dasar memang diriku yang malas dan bandel mungkin, sehingga aku tidak mau sama sekali untuk disuruh oleh Ibu, padahal ujung-ujungnya, aku juga makan.

Nah, setelah panggilan ketiga baru aku tanpa sadar, entah datangnya dari mana tiba-tiba bapakku dengan membawa potongan bambu yang panjang, aku tidak sadar dan tidak menyangka akan menimpa diriku, dan dari belakang tiba-tiba tanpa pikir panjang bapak memukul dan mengenai punggungku dari belakang dengan potongan bambunya tersebut. Seketika itu aku terpental dan terjatuh ke depan televisi, hampir mengenai televisi tersebut. Dan tanpa aku ingat lagi dengan remang-remang Ibuku datang menyela apa yang diperbuat oleh bapakku, dan kata Ibu,”jangan mukul keterlaluan kayak gitu, Ti!” kata Ibu, memanggil nama bapakku dengan wajah kasihan padaku. Sedangkan diriku, karena tahu akan dibela oleh Ibuku sendiri, langsung mengambil kesempatan pertengkaran ibu dengan bapak dengan masuk kekamarku dan menguncinya dari dalam.
Didalam kamar, dengan tangisan yang lumayan dahsyat bagi seorang anak seusia diriku pada waktu itu, dan aku masih mendengar Ibu dengan bapak bertengkar didapur, pertengkaran mereka semakin ku dengar semakin menggema ditelinga. Namun, dari sekian item pertengkaran mereka, anehnya tidak ada satupun yang aku fahami, mungkin karena diriku kesakitan dan melantangnya tangisanku, tetapi ditengah-tengah pertengkaran tersebut hanya satu yang aku ingat dari pertengkaran mereka yaitu pernyataan Bapak yang sangat tidak bisa aku lupakan, ” makanya kalau punya anak itu jangan seperti Adie, sudah bodoh, disekolah tidak bisa mendapatkan peringkat sama sekali, bandel dan tidak mau disuruh-suruh sama orang tua,” kata Bapak...!dengan nada yang kesal menghina diriku yang tidak lain adalah anaknya sendiri.
Pernyataan Bapak itulah yang tidak bisa aku lupakan sampai bertahun-tahun dan membekas didalam memoryku, hal ini mengakibatkan diriku berjanji akan membuktikan kepada orang tuaku, terutama kepada Bapakku yang telah menghina diriku bahwa aku bisa menjadi orang yang berguna dan bermanfaat serta bisa mendapatkan peringkat yang istimewa. Sambil terisak-isak dan mengusap tangisanku, aku berniat yang bulat sebulat bola dalam hatiku; ak harus bisa membuktikan pada orang tua.....bahwa aku bisa menjadi orang yang diinginkan mereka, eh, tanpa disadari ditengah-tengah tangisanku, aku terlelap dalam dunia fana dan meleburkan diri serta menikmati tidurku. Mungkin karena diriku habis dipukul dan dimarah-marahin dengan sedemikian rupa sehingga membuat diriku terlelap dalam lamunan, entah apa yang dilamunkan, tetapi yang jelas apapun itu, semuanya bisa membantuku menghilangkan kesedihanku sementara.
Sementara itu, ketika keheningan datang padaku, dengan nada merayu Ibuku dari balik pintu mengetok dan mengatakan sesuatu yang indah padaku, kata Ibu,”Adie, bangun Nak, dah malam, mau makan apa tidak?”, ketika itu aku mencoba mencari-cari suara itu datangnya dari mana, eh ternyata aku sudah bangun dengan perut keroncongan, dan secara kebetulan Ibu bilang belum makan. Aku memanfaatkan kesempatan itu,” Aku tak mau makan, kalau tidak disuapin?” kataku dengan manjanya seorang anak pada Ibunya.
”ya, ini sudah aku siapin, cepet buka pintunya,” balas Ibu dengan nada kasihan pada anaknya yang seharian tidak makan karena didalam kamar sambil menangis.