Rabu, 19 Januari 2011

KONFLIK MONGOL ISLAM DAN KEHANCURAN BAGHDAD

Makalah ini Disusun
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Islam Di Asia Tengah
Dosen Pengampu : DR. M. A. Karim, MA. MA

Disusun Oleh :
Adi Kuswanto (05120020)
Muntiasih (05120017)

Fakultas Adab
Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Isla
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2008
BAB I
PENDAHULUAN

Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi jalan, parit-parit dan lapangan. Disekitarnya bangunan-bangunan megah dan indah banyak yang tinggal puing-puing dan rerontokan. Asap masih mengepul dari bangunan-bangunan yang dibakar. Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala ribuan manusia dan kemudian memisahkan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu menurut kelompok: kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu dari yang lain.sungai dajlah atau Tigrisberubah menjadi hitam deisebabkan tinta ribuan manuskrip yang dilempar ke dalamnya. Perpustakaan, rumah sakit, masjid, madrasah, tempat pemandian dan rumah para bangsawan, toko dan rumah makan semuanya dihancurkan.
Melihat realitas diatas tidak diragukan lagi kebengisan Mongolia dan menjadi kajian daripada para peneliti, begitu juga dalam makalah ini membahas tentang Konflik Mongol Islam dan Kehancuran Baghdad yang dipaparkan secara deskriptif. Mudah-mudahan menarik untuk dikaji bersama.






BAB II
PEMBAHASAN

Deskripsi Wilayah
Asia Tengah merupakan daerah yang membentang dari laut Kaspia di sebelah barat sampai Cina di sebelah timur, dari perbatasan Rusia di sebelah utara sampai perbatasan Pakistan dan Iran di sebelah selatan. Mongolia dan bagian barat Cina termasuk juga ke wilayah Asia Tengah. Masyarakat daerah ini terdiri dari suku-suku Turki di sebelah barat, Mongol di sebelah timur, dan Iran di sebelah selatan. Dalam perjalanan sejarah terjadi percampuran antara suku-suku yang tinggal di sini dan juga suku-suku bangsa lain yang datang dari daerah-daerah lain. Sejak abad ke-10 M sampai dengan abad ke-14 banyak yang berimigrasi ke wilayah kebudayaan Persia dan Arab, begitu juga sebaliknya.
Daerah ini sebagian besar terdiri dari pegunungan dan gurun serta stepa. Sesuai dengan itu, pertanian ladang dan penggembalaan ternak menjadi penghidupan utama. Di masa lampau daerah ini sangat penting dalam sistem perniagaan estafet yang dikenal dengan sebutan jalan Sutra atau sungai Oxus dan Jaxartes, tempat berdirinya kota-kota Bukhara, Samarkand dan Khiva.
Peperangan Dengan Negeri Islam
Sebelum terjadi invasi Mongol, jauh sebelumnya terdapat perkembangan peradaban Islam di Asia Tengah. Perkembangan peradaban Islam di Asia Tengah berkaitan erat dengan perkembangan peradaban Islam di Iran karena wilayah ini sebagai akibat dari penaklukan Arab terhadap Iran dan Transoxania serta perpindahan kalangan pedagang Muslim dan kaum sufi dari wilayah perkotaan ke wilayah padang rumput.
Disisi lain akibat dari kebengisan bangsa Mongol dengan apa yang dicita-citakan dalam tujuan politik liciknya mengakibatkan kehancuran bagi beberapa pemimpin Islam di Asia tengah diantaranya; pertama, ‘Ala al-Din Muhammad yang berusaha membangun kekhalifahan Islam di Iran tetapi oleh Jenderal Hulegu langkah tersebut di anggap sebagai penghinaan karena telah mempersempit wilayah gerak invasinya, akibatnya ‘Ala al-Din Muhammad diserang habis-habisan dan mengalami kekalahan; kedua, putra dari ‘Ala al-Din Muhammad yang bernama Jalal al-Din Mingburnu juga mengalami nasib yang sama yang akibat dari serangan Mongol tak berdaya dan meninggalkan dunia politik menuju dunia sufi sampai mati. Dua tokoh diatas merupakan pemimpin terakhir dari dinasti Khwarazim yang setelahnya riwayat dinasti ini dan Asia Tengah dikuasai oleh penguasa dari timur, orang-orang Mongolia keturunan Jengiz Khan.
Sebenarnya jauh sebelumnya awal permusuhan dan peperangan dengan negeri Islam bermula dari peristiwa tahun 1212 M. pada waktu itu terdapat tiga orang saudagar Bukhara bersama puluhan rombongannya tiba di wilayah Mongol dan menuju Ibukota Karakorum. Entah mengapa, orang-orang Mongol menangkap mereka dan kemudian menyiksanya. Sedangkan barang dagangannya dirampas. Tidak lama setelah peristiwa itu Jengiz Khan mengirim 50 orang saudagar Mongol untuk membeli barang dagangan di Bukhara. Atas perintah Amir Bukhara Gayur Khan, mereka ditangkap dan dihukum mati. Jengiz sangat marah dan merancang menyerbu kerajaan Khwarizmi dan negeri lain di Asia Tengah. Penyerbuat itu baru terlaksana pada tahun 1219, hanya selisih tiga tahun setelah tentara Mongol menaklukkan seluruh wilayah Cina.
Pada tahun 1227 Jengiz Khan meninggal dunia, sebelum seluruh wilayah Khwarizmi dan Asia Tengah berhasil ditaklukkan. Dia digantikan putranya Ogatai (1229-1241 M). dibawah pimpinannya semakin banyak wilayah taklukkan Mongol. Kekuasaan mereka mencapai sungai Wolga dan Polandia. Sebagian besar orang Mongol telah memeluk agama Budha, namun beberapa bangsawan dan istri mereka ada yang memeluk agama Kristen. Pengganti Ogatai adalah Kuyuk (1246-1249 M), dan Kuyuk digantikan oleh Mangu (1251-1264 M), putra sulung Tulul dan Tulul adalah adik bungsu Ogatai. Pada masa kepemimpinan Mangu inilah terjadi konflik dalam keluarga Jengiz Khan. Entah apa sebabnya, pada suatu hari Mangu menuduh Ogul Ghaimi, bekas permaisuri Ogatai yang beragama Kristen, bermaksud menggulingkan kekuasaannya dan menghasud orang Mongol yang beragama Budha melakukan makar. Ogul Ghaimi dihukum mati dan hampir semua keturunan Ogatai dibunuh. Keputusan tersebut didukung oleh Kubilai Khan, yang telah menjadi Kaisar Cina, dan Hulagu, Cucu Ogatai, Kaidu yang menjadi panglima di Subutai, tidak berhasiil melaksanakan niatnya membalas dendam. Ia malah dipaksa menyerahkan wilayah kemaharajaan Kara Kita (Xinjiang, Cina) kepada Mangu. Sejak itu kekuasaan Mangu menjadi bertambah luas.
Sebenarnya serangan terhadap Baghdad tidak pernah terpikirkan oleh Mangu, sebab disamping tentara Abbasiyah masih dianggap kuat dan berbahaya, beberapa ulama’ yang menjadi penasehat penguasa Mongol dapat meyakinkan bahaya serangan tersebut. Penyerbuan ke Baghdad terjadi setelah Mangu memerintahkan Hulagu membasmi istana benteng Alamut dan wilayah yang dikuasai orang-orang Hassasin, yaitu cabang dari sekte Isma’iliyah. Orang-orang Hassasin sangat berbahaya karena sering merampok dan membunuh para saudagar, termasuk saudagar Mongol.
Ketika mendapat perintah saudaranya itu Jenderal Hulagu juga mendapat pesan khus dari istrinya Dokuz Khatun yang beragama Kristen. Dakus Khatun mempunyai hubungan dengan pemimpin pasukan perang salib yang sedang berperang dengan tentara Islam merebut Yerussalem pada waktu itu, dan berkonspirasi dengan misionaris Kristen untuk menghancurkan kaum muslim. Dia meminta kepada suaminya agar setelah menghancurkan benteng Alamut, segera menaklukkan Iran dan Iraq. Demikianlah sebelum menaklukkan dan membasmi pengikut Hassasin di Allamut. Kemudian dari Transoxania berangkat mengepung Baghdad dengan ribuan tentaranya pada bulan Safar 656 H. membuat pasukan kalah telak dan panglima al-daudar sendiri dari kalangan muslimin kepalanya terpisah dengan badannya. Sedangkan sisa pasukannya menyelamatkan diri ke balik tembok ibukota yang kukuh dan sebagian lagi melarikan diri ke Syiria.





Sekilas Cerita Bangsa Mongol Masuk Islam
Masyarakat Asia Tengah terdiri dari suku-suku Turki di sebelah barat dan Mongol di sebelah timur serta Iran di sebelah selatan. Dalam perjalanan sejarah terjadi percampuran antara suku-suku yang tinggal di sini juga suku-suku bangsa lain yang datang dari daerah-daerah. Sejak abad ke-10 M sampai dengan abad ke-14 M suku-suku Turki banyak yang berimigrasi ke wilayah kebudayaan Persia dan Arab, begitu juga sebaliknya pedagang Persia dan para pemimpin Arab berdatangan ke negeri ini. Bangsa Mongol, pada masa Jengiz Khan (abad ke-13) menyerbu ke wilayah ini sampai ke Eropa Timur dan memasukkan kelompok-kelompok Turki yang ada disini dalam pasukan mereka. Akan tetapi, justru orang-orang Mongol ini kemudian terserap dalam budaya Turki Islam.
Secara formal Bangsa Mongol telah memeluk Islam pada akhir abad ke-13 dan awal abad ke-14 yang menjadi kekuatan Muslim paling penting di pusat kawasan-kawasan utama Islam. Akan tetapi, apapun keyakinan resmi mereka terhadap Islam, ideologi utama negara mereka adalah “Mongolisme”, yang bermimpi menaklukkan dunia dan mengagungkan kekuatan kerajaan serta militer Mongol. Seluruh negara dijalankan dengan gaya militer. Raja menjadi Panglima tertinggi dan diharapkan memimpin sendiri anak buahnya, tidak menyerahkan tugas pada wakilnya.
Dalam perjalanan sejarah suatu bangsa sering terjadi sesuatu yang musykil dan tidak pernah terbayangkan. Orang Mongol yang dahulunya merupakan musuh dan seteru sengit orang Islam, pada akhirnya tunduk kepada kepercayaan negeri-negeri yang mereka taklukkan. Tidak lama setelah jatuhnya kota Baghdad itu telah banyak bangsawan dan pemimpin Mongol secara diam-diam memeluk Islam. Pada awal abad ke-14, belum seratus tahun maklumat permusuhan terhadap umat Islam diumumkan oleh founding father mereka Jengiz Khan, sebagian besar orang Mongol di negeri kaum muslimin telah dirasuki agama Islam dan kebudayaan masyarakatnya. Namun demikian, semua itu berjalan dalam proses yang berliku-liku. Sebelum berbondong-bondong memeluk Islam mereka telah menjadi penganut Syamanisme dan Budhisme yang fanatik. Usaha misionaris Kristen untuk mengkristenkan mereka bahkan hampir berhasil lebih dari dua tiga kali. Beberapa pemimpin Mongol bahkan telah menjalin kerja sama dan konspirasi dengan raja-raja Eropa.
Di antara, pemimpin Mongol pertama yang memeluk Islam adalah Barkha Khan (1256-1266 M), cucu Jengiz Khan dari putranya Juchi Khan, yang menguasai Eropa timur dan tengah dan berkedudukan di Sarai, lembah Wolga. Dia dan para pengikutnya memeluk Islam pada tahun 1260 berkat dakwah para ulama’ sufi yang berada di daerah tersebut.pada tahun itu juga Barkha mengirim ribuan tentaranya untuk membantu sultan Baybars di Mesir yang sedang menghadapi serangan Hulagu Khan dan tentara Salib. Dalam pertempuran di Ain Jalut pasukan Hulagu dapat dihancurkan. Sejak itu agama Islam berkembang pesat. Adapun keturunan Hulagu Khan sendiri menempuh jalan berliku-liku sebelum masuk Islam. Ulam’-ulama’ Islam juga tidak hanya bersaing dengan misionaris Kristen, tetapi bersaing pula dengan sesama mereka,
Pengganti Hulagu Khan yaitu Abagha (1265-1282 M) memeluk Kristen berkat bujukan ibunya Dokuz Khatun. Dalam istananya banyak pendeta Kristen tinggal, diantaranya sebagai penasehat politik. Pada tahun 1274, Abagha mengirim utusan khusus menghadiri Konsili Lyon. Dia sering berkirim-kiriman dengan Raja Louis (1266-1270 M) dari Prancis dan Raja Charles I (1268-1285 M) dari Sicilia. Tetapi Malan, Putra Abagha, yang menggantikan ayahnya dan sejak kecil telah memeluk agama Kristen, yaitu Tagudar menjelang dewasa memeluk Islam. Dia menyebut dirinya sebagai Sultan Muhammad Tagudar Khan. Namun karena tindakannya memberi peluang terlalu besar bagi perkembangan Islam, dia diadukan oleh tokoh masyarakat Mongol kepada Kubilai Khan di Khanbalik, Cina. Perebutan kekuasaan segera terjadi di bawah pimpinan Arghun, saudara kandung Tagudar. Dalam peristiwa itu Tagudar mati dibunuh.
Setelah naik tahta, Arghun segera menyingkirkan pembesar-pembesar Islam dari kedudukan penting mereka. Mereka digantikan oleh pembesar beragama Budha dan Kristen. Pengganti Arghun, yaitu Baidu Khan. Pada kepemimpinan Baidu Khan terjadi peristiwa paling bersejarah, putranya yang menggantikan dia, Ghazan Khan walaupun sejak kecil dididik sebagai penganut Budhis yang fanatik, ketika naik tahta menyatakan masuk Islam. Peristiwa tersebut merupakan kemenangan besar Islam.






BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat tentang apa sesungguhnya yang terjadi di Asia Tengah terutama pada masa Mongolia yang telah memberikan sebuah catatan hitam dalam lembaran sejarah peradaban. Dahulunya bangsa Mongol memang dikenal sebagai sebuah bangsa yang memiliki keberanian dan kenekatan yang puncak puncak kejayaannya berada di Tangan Jengiz Khan sampai beberapa generasi dibawahnya. Keberadaan, kekejaman, maupun kebengisan tidak akan terlupakan dalam sejarah peradaban, walaupun cucunya belakangan dianggap dapat menebus kesalahan-kesalahan kakeknya namun hancurnya peninggalan-peninggalan sejarah dalam sebuah peradaban mungkin tidak akan dapat terlupakan.












DAFTAR PUSTAKA
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian kesatu & dua. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada. Cetakan II, 2000.
Editor: Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta, Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga Bekerjasama Dengan LESFI Yogyakarta.
Karen Armstrong, Islam: Sejarah Singkat. Yogyakarta, Jendela. Cetakan keempat 2003.
http://konflikmongolislam.//jengiskhan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar